Minggu, 20 Mei 2018

Metode Jitu Pembelajaran IPS SD



Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Make a Match sebagai  Metode Jitu Tingkatkan Kualitas Pembelajaran IPS SD/MI


Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Make a Match sebagai  Metode Jitu Tingkatkan Kualitas Pembelajaran IPS SD/MI
A.    Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang bertujuan menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik dan bersifat relatif menetap. Pada sekolah tingkat dasra pembelajaran bertujuan untuk memberikan bekal di jenjang berikutnya. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya tingkat SD/MI menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani, dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal.
Pembelajaran IPS SD diharapkan mampu membangun pengetahuan dan pengalaman siswa dalam hidup bermasyarakat. Hal ini berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai dalam pembelajaran IPS SD yaitu memberikan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan menganalisis keadaan sosial di masyarakat. Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan proses pembelajaran yang membuat siswa mudah memahami materi.
Pada kenyataanya banyak guru yang belum mampu menciptakan kelas yang aktif dan menyenangkan, khususnya pada mata pelajaran IPS. Dalam memberikan materi pembelajaran masih banyak yang menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengikutinya. Sehingga diperlukan model pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif dari segala aspek, baik dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik, sehingga hasil pembelajaran akan optimal.
Uraian di atas menjadi latar belakang penelitian guna menemukan metode pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran IPS SD/MI dengan harapan tercapainya tujuan pembelajaran dengan memberikan pemahaman, motivasi, dan  penanaman nilai moral dalam diri siswa yang berguna di kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal di masa depan.
B.     Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukkan oleh Sophia Rachma Qurrota pada bulan Februari sampai Maret 2016 di SD Negeri Demakijo 1 Sleman Yogyakarta pada siswa kelas IVA. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Model pembelajaran yang digunakan yaitu kooperatif tipe Make a Match, model pembelajaran ini bertujuan untuk mempermudah siswa mendalami materi, menggali materi, dan proses belajar yang menyenangkan. Penelitian diaksanakan di dalam kelas yaitu dengan membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan tingkatan kelas heterogen. Sebelum pembelajarn dimulai guru menyiapkan potongan kertas berisi pertanyaan dan jawaban mengenai materi sebelumnya, bagi siswa yang mendapat kertas jawaban harus mencari kertas soal yang dipegang oleh temannya, begitu pula siswa yang mendapat kertas soal harus mencari kertas jawaban yang dipegang oleh temannya. Bagi siswa yang berhasil mencocokan soal dan jawaban sebelum waktu yang ditentukan habis maka mereka mendapat point. Kemudian guru memanggil beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil mencocokan soal dan jawaban.
Model penelitian yang digunakan yaitu Kemmis dan Mc Taggart atau biasa disebut dengan model spiral. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan non tes. Metode tes menggunakan soal pilihan ganda, sedangkan metode non tes dilakukan dengan cara melakukan observasi untuk mengamati implementasi guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif yang mengacu pada instrument penelitian yaitu soal tes dan lembar observasi. Analisis data kuantitaif diperoleh dari hasil tes siswa, menghasilkan data nilai rata-rata dan presentase kelulusan. Sedangkan analisis data kualitatif yaitu dengan cara melakukan observasi atau pengamatan. Hasil belajar siswa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai=
Jumlah Jawaban yang Benar
X 100
Jumlah soal
Sedangkan cara menghitung presentase keberhasilan belajar menggunakan rumus sebagai berikut:
P=
F
X 100%
N
          Keterangan:
          P= presentase
          f= frekuensi
          N= banyaknya individu
C.  Hasil Penelitian
               Hasil penelitian ditinjau dari beberapa siklus pembelajaran, yaitu pra tindakan, siklus I pertemuan pertama, siklus I pertemuan kedua, siklus II pertemuan pertama, dan siklus II pertemuan kedua, sebagaimana yang tertera dalam table berikut ini:
Siklus
Jumlah Siswa yang Lulus
Presentase Kelulusan
Nilai rata-rata
Pra tindakan
9
27.23 %
66.06
Siklus I pertemuan pertama
19
57.58 %
73.63
Siklus I pertemuan kedua
24
72. 27 %
78.79
Siklus II pertemuan pertama
29
87.88 %
85.15
siklus II pertemuan kedua
30
90.90 %
86.36
           
            Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa dengan metode kooperatif model make a match terjadi peningkatan hasil belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS SD. Siswa belajar lebih aktif, mandiri,  mampu bekerja sama, dan mampu presentasi di depan temannya.
Banyak teori-teori yang mendasari dan mendukung penelitian ini, Cooper dan Henich (Nur Asma, 2006: 11) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif  merupakan proses pembelajaran dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok, semuanya bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan saling bergantung serta bertanggung jawab satu sama lain.
John Dewey berpendapat bahwa pendidikan memerlukan teori demokrasi, yaitu kerja sama dalam pembelajaran. Siswa perlu dihadapkan pada suatu lingkungan untuk berinteraksi dengan kurikulum serta diberikan kesempatan untuk mendapat bagian dalam proses belajar, hal ini sesuai dengan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran dengan model kooperatif memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa, senada dengan Arends oleh Nur Asma (2006: 26) dalam peneitiannya mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif tidak memberikan dampak negative, melainkan memberi dampak positif, seperti meningkatkan hasil belajar siswa dan penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama dalam otak siswa.
D.    Evaluasi
Penulis setuju dengan penelitian mengenai pembelajaran IPS SD/MI dengan model kooperatif tipe make a match sangat bermanfaat karena para pendidik khususnya guru SD mampu mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Penelitian sejenis ini perlu dilanjutkan kembali untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran berikutnya, yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan perkembangan zaman. Diharapkan menghasilakn model pembelajaran kooperatif yang mampu mencapai tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Sehingga siswa mempunyai bekal untuk melanjutkan ke jenjang sekolah berikutnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match sangat layak untuk diterapkan di SD/MI khususnya mata pelajaran IPS. Mereka membutuhkan pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, dan mencapai hasil yang maksimal. Pembelajarn kooperatif merupakan proses yang sederhana namun memberikan banyak dampak positif, melatih siswa bekerja sama, meningkatkan keaktifan siswa, melatih tanggung jawab dan melatih berkomunikasi di depan umum.
Kompetensi Inti Kurikulum 2013 memuat aspek spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan, aspek tersebut dapat terwujud dengan model pembelajaran kooperatif. Misalnya dalam aspek sikap siswa dilatih bertanggung jawab dan peduli. Dalam aspek keterampilan, siswa dilatih untuk komunikatif, kolaboratif, mandiri, berfikir kritis, dan aktif. Pembelajaran yang aktif sangat dibutuhkan bagi siswa, sebagaimana pendapat Daryanto (2012: 249) pendidikan dasar yang paling baik yaitu pendidikan yang murid berperan aktif terlibat dalam kegiatan belajar bukan hanya mendengarkan yang dikatakan guru.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajarn yang tepat dilaksanakan di SD/MI khususnya mata pelajaran IPS, dapat diterapkan di kelas tinggi (kelas IV, V, VI) materi koperasi, ekonomi ASEAN, interaksi sosial, perubahan sosial budaya, keragaman di Indonesia dan materi lainnya.  Dengan metode pembelajaran yang baik diharapkan tujuan-tujuan pembelajaran dapat terwujud. Menciptakan siswa yang berkarakter, beradab sesuai nilai dan norma, berwawasan luas dan kebangsaan untuk Indonesia yang lebih baik dan mampu bersaing dipanggung dunia.
Sumber:
Daryanto, Model Pembelajaran Inovatif, (Yogyakarta: Gava Media), 2012.
Warsono, Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2013.
Sophia Rachma Qurrota, “Peningkatkan Kualitas Pembelajaran Ips Dengan Model Make A Match Di Kelas IV A Sdn Demakijo 1”,  Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 20 (5), 2016.

Budaya Arak-Arakan Kuda



ARAK-ARAKAN KUDA JOGED MERIAHKAN KHOTMIL QUR’AN SEBAGAI TRADISI BUDAYA DAN SYI’AR AGAMA ISLAM DI KEBUMEN
Oleh: Erna
Mahaiswa S1 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga
Alamat email: ernaazzam1212@gmail.com


            Khotmil Quran atau yang biasa disebut dengan “kataman” oleh orang Kebumen, di definisikan sebagai acara yang merayakan selesainya anak (santri) dalam membaca al-Qur’an ( 30 juz), sesuai dengan pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khataman adalah upacara selesai menamatkan membaca al-Qur’an para santri.
            Di kota yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia ini, Khataman sudah diadakan sejak dahulu dan sudah menjadi tradisi budaya. Tradisi ini telah berjalan secara turun-temurun sejak kedatangan Islam, tradisi yang sekaligus dijadikan syiar agama Islam ini diharapkan dapat meningkatkan semangat para santri untuk belajar al-Quran secara lisan maupun tulisan.
            Khataman diadakan di Masjid, Mushola, dan TPA (Tempat Pendidikan Al-Quran) diikuti oleh santri yang telah selesai belajar dan membaca al-Qur’an, biasanya diadakan bersamaan dengan peringatan hari besar Islam seperti, Isro Mi’roj dan Maulid Nabi Muhammad SAW ataupun even keagamaan lainnya yang diselenggarakan di Masjid tersebut, misalnya acara istoris, fatayatan dan muslimatan. Khataman biasanya bukan hanya diikuti oleh santri khotmil Qur’an saja tetapi juga diikuti oleh santri khotmil Qudus, yaitu santri yang telah menamatkan belajar  dan membaca kitab (misanya kitab Shufinah).

Para santri membaca al-Quran dimulai dari Q.S. ad-Duha sampai dengan Q.S. an-Nas dihadapan hadirin dilanjutkan dengan rangkaian acara lainnya, misalkan ceramah dari Ustadz dan hiburan, seperti penampilan rebbana. Hadirin yang datang dalam acara khataman bukan hanya dari desa tempat Masjid itu berada saja, tetapi juga dari luar desa tersebut, keluarga besar dari para santri, kyai-kyai, perangkat desa (lurah, kadus, dan bayan)   turut di undang dalam acara ini.
Khataman dilanjutkan dengan kemeriahan dari arak-arakan kuda, orang Kebumen menyebutnya “iring-iringan”, yaitu pawai kuda ditunggangi oleh para santri khotmil Qur’an, di arak keliling desa, berangkat dari Masjid dan berakhir di Masjid pula. Diramaikan  dengan beberapa pertunjukan dan aktraksi, seperti drum band, angklung, ondhel-ondhel, badut dan lainnya.
            Tujuan dari arak-arakan kuda ini adalah meningkatkan semangat para santri dalm belajar al-Quran, karena akan menjadi kebanggaan tersendiri jika sudah khatam di arak naik kuda keliling desa, hal ini juga menjadi kebanggan bagi orang tua santri dan keluarganya. Selain itu, tujuan khataman yang disampaikan oleh Anggota Koramil Ambal dan Kodim 0709 Kebumen, bahwa iring-iringan (arak-arakan) ini sebagai syiar Islam. Santri yang diarak yaitu anak usia SD sampai dengan SMP, bagi yang perempuan dirias cantik dengan mengenakan pakaian kebaya warna-warni, sedangkan yang laki-laki mengenakan pakain khas Jawa bahkan Melayu, ditambahi dengan aksesoris yang menarik, seperti keris dan blangkon.
            Dibarisan pertama terdapat mobil Polisi untuk melakukan pengawalan dan pengamanan kegiatan pawai khataman. Dilanjutkan dengan grup drum band dan beberapa kendaran seperti, odhong-odhong, kereta hias, sepeda hias, becak, delman dan mobil pick-up. Barisan kuda menjadi bagian inti dalam pawai ini. Kuda dihias seindah mungkin, diiringi lantunan musik tradisional bahkan populer dari alat-alat music tradisional seperti rodad, janeng, rebana (terbangan), gong, bass, dan bedug.   Kuda-kuda ber’joged’ mengikuti irama, sesekali mereka beraktraksi seakan-akan berdiri. Kuda yang diikutkan dalam pawai adalah kuda-kuda yang terlatih dan sehat fisiknya.
            Arak-arakan ini menjadi hiburan tersendiri bagi warga Kebumen sekaligus ajang mempererat persaudaran antar warga, karena pada saat arak-arakan berlangsung mereka berkumpul untuk menyaksikan arak-arakan, biasanya di pertigaan jalan tempat paling ramai dan menjadi tempat idaman para penonton, ditempat seperti ini pasukan pawai akan banyak beraktraksi, baik  pasukan kuda, grup drum-band, maupun grup lainnya.
Penonton arak-arakan bukan hanya dari warga setempat, tetapi juga dari desa lain. Di barisan belakang biasanya terdapat grup angklung dan grup rodad, pawai berlangsung selama 2-3 jam tergantung dari rute yang dilalui, panjang pendeknya barisan pawai tergantung dari jumlah kuda yang mengikuti arak-arakan, biasanya tidak semua santri menaiki kuda, ada pula yang naik kereta, becak, maupun delman.
Arak-arakan kuda tidak selalu dilaksanakan siang hari, bisa juga malam hari, jika dilaksanakan malam hari pasukan pawai akan ditambah dengan grup abid menggantikan grup drum-band, yaitu aktraksi menggunakan api dan obor diiringi musik rodad, dalam aktraksi abid, untuk menyalakan apinya menggunakan minyak tanah, sehingga akhir-akhir ini jarang diadakan arak-arakan pada malam hari, karena persediaan minyak tanah yang semakin sedikit dan harganya mahal, hal ini bukan penyalahan terhadap praktik kebudayaan, karena kebudayaan dipandang sebagai sesuatu yang dinamis, bukan sesuatu yang kaku dan statis (Faisal Ismail, 1997: 27)
Arak-arakan kuda ‘joged’ dan khataman sebagai tradisi budaya merupakan amanat dari nenek moyang dengan menitikberatkan pada pendalaman agama dan budaya yang harus dirawat dan dijaga kemurnianya, agar dalam praktiknya tidak menyalahi nilai, norma, dan tujuan awal. Pada hakikatnya agama identik dengan kebudayaan, keduanya merupakan pedoman bertindak dan sebagai petunjuk dalam kehidupan (Mundzirin Yusuf, dkk, 2005: 11), seperti halnya khataman dan arak-arakan kuda di Kebumen. Tradisi dan budaya ini menjadi kebanggan tersendiri bagi warga Kebumen, selain sebagi bentuk cinta budaya juga  sebagai sarana syiar agama Islam.
Daftar Referensi
Faisal, Ismail. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam Studi Kritis dan Refleksi Historis. Yogyakarta: Titian Ilahi Press.
Yusuf , Mundzirin, dkk. 2005. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Pokja Akademik.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
kebumenekspres.com