Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match sebagai Metode Jitu Tingkatkan
Kualitas Pembelajaran IPS SD/MI
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match sebagai Metode Jitu Tingkatkan
Kualitas Pembelajaran IPS SD/MI
A. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
yang bertujuan menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik dan bersifat relatif
menetap. Pada sekolah tingkat dasra pembelajaran bertujuan untuk memberikan
bekal di jenjang berikutnya. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar
Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah khususnya tingkat SD/MI menyebutkan
bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah memuat pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya,
pendidikan jasmani, dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal.
Pembelajaran
IPS SD diharapkan mampu membangun pengetahuan dan pengalaman siswa dalam hidup
bermasyarakat. Hal ini berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
harus dicapai dalam pembelajaran IPS SD yaitu memberikan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan menganalisis keadaan sosial di masyarakat. Dalam
mencapai tujuan tersebut diperlukan proses pembelajaran yang membuat siswa
mudah memahami materi.
Pada
kenyataanya banyak guru yang belum mampu menciptakan kelas yang aktif dan
menyenangkan, khususnya pada mata pelajaran IPS. Dalam memberikan materi
pembelajaran masih banyak yang menggunakan metode ceramah sehingga siswa merasa
bosan dan tidak tertarik untuk mengikutinya. Sehingga diperlukan model
pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara aktif dari segala aspek, baik
dari segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik, sehingga hasil pembelajaran
akan optimal.
Uraian
di atas menjadi latar belakang penelitian guna menemukan metode pembelajaran
yang tepat dalam mata pelajaran IPS SD/MI dengan harapan tercapainya tujuan
pembelajaran dengan memberikan pemahaman, motivasi, dan penanaman nilai moral dalam diri siswa yang
berguna di kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal di masa depan.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukkan oleh Sophia Rachma Qurrota pada bulan
Februari sampai Maret 2016 di SD Negeri Demakijo 1 Sleman Yogyakarta pada siswa
kelas IVA. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian PTK (Penelitian
Tindakan Kelas). Model pembelajaran yang digunakan yaitu kooperatif tipe Make
a Match, model pembelajaran ini bertujuan untuk mempermudah siswa mendalami
materi, menggali materi, dan proses belajar yang menyenangkan. Penelitian
diaksanakan di dalam kelas yaitu dengan membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan
tingkatan kelas heterogen. Sebelum pembelajarn dimulai guru menyiapkan potongan
kertas berisi pertanyaan dan jawaban mengenai materi sebelumnya, bagi siswa
yang mendapat kertas jawaban harus mencari kertas soal yang dipegang oleh
temannya, begitu pula siswa yang mendapat kertas soal harus mencari kertas
jawaban yang dipegang oleh temannya. Bagi siswa yang berhasil mencocokan soal
dan jawaban sebelum waktu yang ditentukan habis maka mereka mendapat point.
Kemudian guru memanggil beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil mencocokan
soal dan jawaban.
Model
penelitian yang digunakan yaitu Kemmis dan Mc Taggart atau biasa disebut dengan
model spiral. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes dan
non tes. Metode tes menggunakan soal pilihan ganda, sedangkan
metode non tes dilakukan dengan cara melakukan observasi untuk mengamati
implementasi guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan analisis data
kuantitatif dan kualitatif yang mengacu pada instrument penelitian yaitu soal
tes dan lembar observasi. Analisis data kuantitaif diperoleh dari hasil tes
siswa, menghasilkan data nilai rata-rata dan presentase kelulusan. Sedangkan
analisis data kualitatif yaitu dengan cara melakukan observasi atau pengamatan.
Hasil belajar siswa dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Nilai=
|
Jumlah
Jawaban yang Benar
|
X
100
|
Jumlah
soal
|
Sedangkan
cara menghitung presentase keberhasilan belajar menggunakan rumus sebagai
berikut:
P=
|
F
|
X
100%
|
N
|
Keterangan:
P= presentase
f= frekuensi
N= banyaknya individu
C. Hasil Penelitian
Hasil
penelitian ditinjau dari beberapa siklus pembelajaran, yaitu pra tindakan,
siklus I pertemuan pertama, siklus I pertemuan kedua, siklus II pertemuan
pertama, dan siklus II pertemuan kedua, sebagaimana yang tertera dalam table
berikut ini:
Siklus
|
Jumlah
Siswa yang Lulus
|
Presentase
Kelulusan
|
Nilai rata-rata
|
Pra tindakan
|
9
|
27.23
%
|
66.06
|
Siklus I pertemuan pertama
|
19
|
57.58
%
|
73.63
|
Siklus I pertemuan
kedua
|
24
|
72.
27 %
|
78.79
|
Siklus II pertemuan
pertama
|
29
|
87.88
%
|
85.15
|
siklus II pertemuan
kedua
|
30
|
90.90
%
|
86.36
|
Dari
table diatas dapat dijelaskan bahwa dengan metode kooperatif model make a
match terjadi peningkatan hasil belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS
SD. Siswa belajar lebih aktif, mandiri,
mampu bekerja sama, dan mampu presentasi di depan temannya.
Banyak teori-teori yang mendasari
dan mendukung penelitian ini, Cooper dan Henich (Nur Asma, 2006: 11)
menyatakan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif merupakan proses pembelajaran dengan membagi
siswa menjadi beberapa kelompok, semuanya bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
dan saling bergantung serta bertanggung jawab satu sama lain.
John
Dewey berpendapat bahwa pendidikan memerlukan teori demokrasi, yaitu kerja sama
dalam pembelajaran. Siswa perlu dihadapkan pada suatu lingkungan untuk
berinteraksi dengan kurikulum serta diberikan kesempatan untuk mendapat bagian
dalam proses belajar, hal ini sesuai dengan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran
dengan model kooperatif memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa,
senada dengan Arends oleh Nur Asma (2006: 26) dalam peneitiannya mengungkapkan
bahwa pembelajaran kooperatif tidak memberikan dampak negative, melainkan
memberi dampak positif, seperti meningkatkan hasil belajar siswa dan
penyimpanan materi pelajaran yang lebih lama dalam otak siswa.
D. Evaluasi
Penulis setuju dengan penelitian
mengenai pembelajaran IPS SD/MI dengan model kooperatif tipe make a match
sangat bermanfaat karena para pendidik khususnya guru SD mampu mengetahui model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik.
Penelitian sejenis ini perlu dilanjutkan
kembali untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran berikutnya,
yang disesuaikan dengan keadaan siswa dan perkembangan zaman. Diharapkan
menghasilakn model pembelajaran kooperatif yang mampu mencapai tujuan
pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi afektif,
kognitif, maupun psikomotorik. Sehingga siswa mempunyai bekal untuk melanjutkan
ke jenjang sekolah berikutnya.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match sangat
layak untuk diterapkan di SD/MI khususnya mata pelajaran IPS. Mereka
membutuhkan pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, dan mencapai
hasil yang maksimal. Pembelajarn kooperatif merupakan proses yang sederhana namun
memberikan banyak dampak positif, melatih siswa bekerja sama, meningkatkan
keaktifan siswa, melatih tanggung jawab dan melatih berkomunikasi di depan
umum.
Kompetensi Inti Kurikulum 2013 memuat
aspek spiritual, sosial, pengetahuan, dan keterampilan, aspek tersebut dapat
terwujud dengan model pembelajaran kooperatif. Misalnya dalam aspek sikap siswa
dilatih bertanggung jawab dan peduli. Dalam aspek keterampilan, siswa dilatih
untuk komunikatif, kolaboratif, mandiri, berfikir kritis, dan aktif. Pembelajaran
yang aktif sangat dibutuhkan bagi siswa, sebagaimana pendapat Daryanto (2012:
249) pendidikan dasar yang paling baik yaitu pendidikan yang murid berperan
aktif terlibat dalam kegiatan belajar bukan hanya mendengarkan yang dikatakan
guru.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajarn yang tepat dilaksanakan di
SD/MI khususnya mata pelajaran IPS, dapat diterapkan di kelas tinggi (kelas IV,
V, VI) materi koperasi, ekonomi ASEAN, interaksi sosial, perubahan sosial budaya,
keragaman di Indonesia dan materi lainnya.
Dengan metode pembelajaran yang baik diharapkan tujuan-tujuan
pembelajaran dapat terwujud. Menciptakan siswa yang berkarakter, beradab sesuai
nilai dan norma, berwawasan luas dan kebangsaan untuk Indonesia yang lebih baik
dan mampu bersaing dipanggung dunia.
Sumber:
Daryanto, Model Pembelajaran Inovatif,
(Yogyakarta: Gava Media), 2012.
Warsono, Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2013.
Sophia
Rachma Qurrota, “Peningkatkan
Kualitas Pembelajaran Ips Dengan Model Make A Match Di Kelas IV A Sdn
Demakijo 1”, Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 20 (5), 2016.